Sebenarnya, dari awal saya menulis blog ini saya bertekad tidak akan menulis hal-hal yang terlalu pribadi, terutama terkait masalah percintaan. Di sisi lain dengan menulis blog ini, saya sendiri bisa melihat bagaimana saya berkembang lewat tulisan-tulisan saya di blog ini. Ketika membaca ulang post-post di blog ini, bisa dibilang saya masih bisa merasakan apa yang saya pikirkan dan rasakan saat itu. Bagaimana sedihnya lulus SMA, bagaimana rasanya beradaptasi di semester awal kuliah, pelajaran-pelajaran hidup selama kuliah, saya pun menulisnya walupun tidak semuanya, dan saya rasa... kali ini mungkin tidak apa-apa kalau saya menulis tentang hal-hal yang paling sering disinggung di hampir semua novel, lagu, dan bahkan arsitektur. Hahaha

Beberapa hari yang lalu saya sempat membuat heboh timeline Line karena mengganti foto profil dengan seorang cowok. Teman - teman saya kaget,  menurut mereka tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saya punya pacar. Well, sebenarnya nggak gitu juga. Banyak hal yang terjadi semasa kuliah. Ups and down related to this relationship things. It happened. Cuma saya memilih untuk biasa saja dan lebih sering update status tentang stressnya kuliah. *grin

Pada awalnya saya sama sekali tidak percaya kalau dia naksir saya. Tidak sama sekali. Saya pikir itu cuma bercanda. Dan ketika dia mengajak saya keluar, yang ada di pikiran saya cuma, mungkin dia saking buntunya sampe mengajak saya keluar. Dan ketika saya mulai berpikir bahwa sepertinya itu benar, justru saya yang menolak secara halus, karena banyak hal buruk di pikiran saya. Saya takut pacaran. Saya takut sakit hati. Saya masih nggak ngerti harus percaya sama cowok yang seperti apa, karena yang menurut kita baik belum tentu baik, dan salah satu alasannya adalah hal-hal konyol seperti karena menurut saya dia terlalu tampan buat saya. 

Di sisi lain, saya mengerti betul kalau dia bulan ini akan berangkat ke Korea dalam rangka student exchange selama satu semester. Sampai - sampai salah seorang teman saya di kantor yang lebih tua, dan tentu saja lebih berpengalaman bilang begini, "Pe em, hatinya dibuka ya. Habis ini dia mau pergi ke Korea loh, jangan sampe kamu nyesel karena nolak." Saya masih aja keukeuh saat itu, saya bilang ke diri saya sendiri. "You're not ready for another broken heart. No just no. Look at him, he's so handsome. He could get another girl easily and dump you." Tegarkan dirimu Em untuk tidak tertarik. Hahaha. Padahal sebenarnya tidak ada masalah dari dianya. 

Tapi akhirnya saya luluh juga. Hahaha. Bukan karena dia ganteng. Bukan. Saya bisa melihat kesungguhannya di tindakannya. Dan ketika dia menyatakan, saya pun mengiyakan. Lucunya, atau mungkin sedihnya, beberapa hari setelah itu dia berangkat ke Jakarta, stay beberapa hari disana, dan setelah itu langsung ke Korea selama satu semester. 

Suasana setelah kami jadian, antara senang dan sedih. Entahlah. Sulit dijelaskan. Kadang di sela-sela waktu luang ketika kami pergi makan bareng, kami saling diam karena sedih. Tapi sok sok tegar. But still, we had fun.

Kemarin Jum'at akhirnya saya mengantarkan dia ke Bandara, bersama dua orang teman kosannya. Untungnya temannya ini bisa bikin jokes-jokes yang bikin lupa kalau dia bakal pergi beberapa menit lagi. Pada akhirnya... it was time to said goodbye. Mungkin kalau berdua doang, saya pasti udah nangis di bandara, karena kami pasti sama - sama mellownya. 

Malem itu, akhirnya saya pulang dijemput bapak saya lagi, hehehe, padahal sebelum-sebelumnya selalu pulang sama dia, beliau sampe tanya, "Gimana tadi? Pake nangis - nangis segala?" sambil mesam mesem. Hahaha

Untuk mengiyakan sebenarnya tidak segampang itu juga, banyak hal yang sudah saya pikirkan sampai akhirnya saya berani juga. Saya ingat betul waktu awal - awal saya sering diantar dia, ibu saya bilang begini, "Put, sudah yakin betul sama yang ini? Kamu tau kan rasanya sakit hati itu gimana. Kamu itu harus bisa ngebedain mana perasaan yang datangnya dari Allah dan perasaan yang cuma sesaat." Jujur waktu itu, saya terenyak. Saya. enggak. ngerti. Gimana cara ngebedainnya. I have no idea. Ibu saya memang kadang kelewat serius, karena beliau dulu pacaran pertama kalinya langsung sama bapak saya dan bisa bertahan ke jenjang pernikahan dan sekarang pun masih mesra. 

Jujur saat itu saya sempat parno - parno sendiri. Saya nggak mungkin juga kan tau - tau menjauh karena saya beneran nggak ngerti ini perasaan anugrah Allah atau cuma sesaat, sementara ada cowok baik - baik yang ngebuat saya sreg ada di depan mata. Akhirnya saya ngerti kudu ngapain, saya cuma kudu senantiasa berdoa dan percaya sama yang diatas, rencana Allah pasti yang terbaik. 

Saya cukup ngerti banyak hal-hal buruk terjadi. Saya jelas pernah sakit hati, ngerasa down, kalah. Saya juga dengar sendiri cerita-cerita dari teman saya. "Pacarku so sweet banget Em awalnya, tapi ujung-ujungnya aku yo ditinggal." Atau liat sendiri teman saya yang sudah punya pacar masih suka deket - deket cewek lain. Banyak sekali. Atau bukan cuma cowok, ceweknya kadang juga aneh - aneh. 

Di zaman yang makin edan ini, banyak banget orang cerai. Ibu saya yang seorang dosen, beberapa kali dicurhati mahasiswanya yang depresi karena orang tuanya selingkuh dan sebagainya. Dan mungkin ibu saya, sebagai orang yang jauh lebih dewasa, tahu sendiri bagaimana pernikahan bisa berakhir tidak menyenangkan. Tapi apa dengan begitu ibu saya jadi parno dan jadi nggak percaya sama bapak saya, nggak juga kan. 

Saya jadi ingat cerita seorang raja yang pernah bermimpi bahwa dia akan dibunuh anaknya sendiri di masa depan. Saking takutnya raja tersebut akhirnya memenjarakan putranya supaya si anak tersebut tidak bisa membunuhnya. Padahal justru karena anak tersebut dipenjara oleh ayahnya sendiri, dia jadi benci setengah mati sama ayahnya, dan akhirnya ketika dia dewasa, si anak tersebut membunuh ayahnya sendiri. 

Pada akhirnya rasa takut itu pasti ada, bukan karena saya LDR Surabaya - Seoul, kalau emang niat ya bisa-bisa aja nikung padahal satu kampus, sebagai manusia cuma bisa pasrah, kita bahkan nggak pernah ngerti kan kita hidup sampai kapan. 

Semoga dengan menulis ini saya akan senantiasa ingat untuk tidak dikalahkan dan dikuasai oleh rasa takut. Karena pada akhirnya setakut apapun manusia tidak bisa berbuat apapun kalau memang itu kehendak yang diatas. Karena manusia terkadang lupa, khilaf. Cuma bisa berdoa untuk selalu ingat dengan yang Di Atas dan percaya. Semuanya sudah ada yang mengatur. Yang baik akan dibalas, dan yang buruk juga akan dibalas. 

"To the future we surrender, life's to live, and love's to love... " Float - Surrender


One Comment

Powered by Blogger.