I'd work very hard but I'm lazy
I can't take the pressure and it's starting to show
In my heart you know that it pains me
A life of leisure is no life you know
Waking up and getting up has never been easy
Oh oh, I think you should know
Waking up and getting up has never been easy
Oh oh, I think you should know
Oh oh, I think you should go
(Elastica - Waking Up, 1995)
Nemu lagu yang diliris pas saya umur sebulan, pas lagi bikin maket PA dan lucunya lagu ini saya rasain banget sembilas belas tahun kemudian, wow. Akhir-akhir ini saya ngerasa males banget. Yang ada bukan bersusah-susah dahulu dan bersenang-senang kemudian, tapi kebalik bersenang-senang sampai dekat deadline dan bersusah-susah kemudian. Mungkin orang-orang di sekitar saya mbatin, ya wajar sih kegiatanmu kan banyak. Seminggu sebelum pengumpulan jadi panitia acara besar jurusan, H-2 masih ngurusi pemilu jurusan. Well the truth is not. Saya males, saya bahkan ketiduran 10 jam H-2 pengumpulan PA yang bagi anak arsi itu shame banget, ya walaupun habis itu saya nggak tidur 30an jam. Kok bisa ketiduran Em? Gila. Ya setelah saya evaluasi diri sendiri semua itu karena kebiasaan. Saya sering nuruti keinginan untuk tidur dan bangun dan tidur lagi, yang akhirnya kebawa sekalipun di saat-saat genting.
Kudu bisa melawan diri sendiri, dan sejauh ini masih berupa tekad dan dikit-dikit action. Hahaha. Tapi emang nggak ada yang dibangun dalam semalam, kayak prinsip bahwa sukses adalah hasil dari bertahun-tahun usaha. Sama juga kayak kebiasaan, ketika kita biasa A dan tau-tau butuh untuk menjadi B sekalipun saat-saat genting. Walupun badan dan niat kita tau kalau itu genting, pasti ada yang miss.
Ngomongin soal tugas, dalam hal ini Perancangan Arsitektur 6 SKS yang semester depan bakal berubah jadi Desain Arsitektur 8 SKS (nah lo), semester ini hhhh entahlah semangat juang rada menurun, padahal ide lagi lancar untuk tugas ini. Nah hal terakhir ini yang paling bikin miris. Gimana ya andai otak bisa telepati sama komputer jadi desain yang ada di kepala langsung bisa jadi di Google Sketch Up. Wakakak.
Dan semester ini saya adalah korban berat Hukum Murphy. Ada yang pernah denger? Bunyinya: Anything that can go wrong, will go wrong. Simpelnya ketika kita bawa payung mesti nggak hujan, begitunya nggak bawa, hujan. Jadi intinya hal-hal jelek itu nggak akan terjadi ketika kita cegah, tentu aja sebagai orang yang konservatif saya masih percaya sama takdir sih. Masalahnya walaupun udah cegah aja kadang takdir berkata lain, apalagi nggak.
Nah ini kejadian di saya banget nih. Jadi ini adalah tugas PA saya yang pertama kali pake komputer. Karena baru pertama jadi saya kurang pengalaman ditambah waktu ngerjain yang mepet jadinya hmm ya gitu deh.
Hari Jum'at waktu pengumpulan tugasnya seharusnya dikumpul jam 4. Saya ke prin-prinan di keputih jam setengah tiga. Pas udah antri setengah jam lampu mati, padahal masih antri banyak. Dan hari itu yang pengumpulan tugas bukan cuma jurusan saya, saya berkali-kali ketemu anak teknik perkapalan yang lagi ngeprin tugas rancang kapal di A1 di hampir semua prin prinan yang saya datangi. Terus akhirnya saya pindah ke prin-prinan satunya dan nggak bisa juga, terus pindah ke tempat prin ketiga baru bisa. Itu pun ngantri sama temen jurusan sendiri. Yawes kan, tapi enak ada temennya.
Masih tenang padahal sudah jam 4. Masih sempet-sempetnya ngasih notasi walaupun cepet-cepet. Jadi gini teman-teman, dalam suatu gambar pra-desain (dan gambar teknik juga), gambar nggak akan dibilang selesai kalau nggak ada notasinya. Notasi itu semacam ukuran-ukuran, dan keterangan, misal di denah ada tanda itu ruang makan terus ketinggian lantainya. Things like that. Hampir semua gambar saya nggak ada keterangannya. (Nah lo (1)) Dan jam 4.30 saya ditelepon temen saya katanya saya disuruh cepet ke kampus kalau nggak tugasnya nggak diterima, jadi akhirnya saya ngumpulin tugas tanpa dijilid (nah lo (2)) Rada sedih gimana gitu, tapi yaudah deh ya. Ikhlaskan
Selasanya disuruh ngumpulin maket, untung kali ini nggak ketiduran. But I discovered worse. Pagi-pagi pas lagi nyari alas karton coklat buat alas, saya ubek-ubek tumpukan kertas di bawah meja, dan kagetnya saya... jeng... jeng... (ati masih pilu nih rasanya bahkan pas nulis ini), saya nemu gambar potongan gedung utama saya, potongan site, tampak site keempat-empatnya belom saya kumpulin (nah lo (3)). Tolooooooong. Langsung lemes.
Jadi ceritanya walaupun pake komputer, saya nggak nggambar semuanya di komputer dengan detail. Tugas kali ini kan disuruh bikin kompleks sekolah. Gedung yang saya buat ada sekitar lima buah dalam satu komplek. Nah ditugasnya cuma disuruh ndetail 2 gedung. Jadi buat tampak site (tampak secara keseluruhan) saya masih pake tangan. Dan gambar potongan saya masih pake tangan, dengan bantuan garis-garis tipis hasil export-an Sketch up. Dan sayangnya gambar-gambar tangan itu terpisah pas ngumpulin gambar yang hasil prinprinan saking kesusu-susunya (nah lo(4)). Jadi map yang saya pake buat ngumpulin tugas itu banyak kertas coret-coretannya gitu lo, dan pas mau ngumpulin kertas-kertasnya saya keluarin, sedihnya kok ya gambar tangan itu masih kegabung di kelompok kertas yang itu terus lupa saya kumpulin.
It was the hardest day in university, well so far. Semoga nggak ada yang lain. Maket belom selese, tapi saking lemesnya sampe nggak bisa ngerjain. Akhirnya saya langsung ke kampus daripada disoriented sendirian di kamar. Sampe kampus langsung nangis. Malu-maluin bangetlah hari itu. Masalahnya itu yang nggak kekumpul dokumen krusial gitu lo bukan yang saya tambah-tambahin biar dapet nilai. Terus pas masuk studio ada dosen pembimbing saya, langsung saya temuin, saya bilang mau ngumpulin gambar tapi tersirat tidak diterima gitu... sebenernya wajar sih tapi yawes akhirnya nangis lagi. Tentu aja nggak didepan bapaknya. Haha. Sungguh nggak banget saya dududuh. Dan setelah 'badai' itu masih harus presentasi satu-satu di depan dosen. Akhirnya saya tenang sih, sambil nunggu giliran saya bercanda-canda sama teman-teman sekelompok. Makasih buanyak guys. I owe you.
Akhirnya tibalah giliran saya preview. Jeng jeng jeng. Alhamdulillah semuanya bisa saya jawab dengan baik. Walaupun badai menerjang, satu hal yang memperbaiki mood adalah dosen saya bilang desain saya bagus karena banyak aspek yang terpikirkan dalam desain saya, tapi... finishingnya mbleset. hahaha Maksud beliau ya dokumen-dokumen yang saya kumpulin itu ancur banget lah. Yaudah Pak, apa boleh buat. Saya juga menyadari hal itu kok. Dosen saya juga bilang harusnya saya jangan niru-niru temen-temen saya buat gambar di komputer, pakai tangan aja, lebih bagus. Padahal itu murni saya yang pingin, biar cepet. :""
Sampai detik ini nilai mata kuliah ini belom keluar, dan entahlah. Mikirinnya aja bikin mules. Kayaknya sih lulus, tapi kalau lulus entahlah nilainya. Mboh kah. Dududu. Yang penting pendidikannya, bukan cuma soal pelajarannya.
I really never thought that being in university is like... riding one of our life's roller coaster. You can se the finish line, you're at high speed, this is frightening but fun and exciting at the same time. Sometimes your mind get lost, because after the it ends you really don't know where the finish line is going to take you. There's nothing you can do, you're on it. Just gripping to the railing as hard as you can. You have believe that you're going to be save till the end. Believe that this's worth it, and there must be some reason why you're riding this one rollercoaster. Maybe the scenery above is beautiful, or simply you will meet someone important in your life that sit besides you during the ride. Well who knows.
Graduating from high school, university for me, was just like another education phase in life that I have to go through. But after 2 years, this really means much more than that, and I can see everybody is having the same feeling. Two years left, and I hope everybody enjoy their ride through ups and downs and take the lessons for granted.
So this is, Perancangan Arsitektur 4 saya, Sekolah Alam Surabaya.
Buat saya masalah dasar yang harus diselesaikan di sekolah ini adalah adanya SD SMP SMA yang digabung di satu tempat, dan harus share fasilitas bareng karena lahan yang minim. akhirnya bangunan kelas SD dipisah jauh dengan SMP dan SMA yang dijadikan satu gedung karena karakteristik anak-anaknya hampir sama. Dalam artian pubertas, dan you knowlah mulai pacaran galau-galau gitu hahah. Sedangkan fasilitas umum diletakkan diantara dua area kelas yang berjauhan itu, supaya gampang diakses, dan ga ada yang mager buat ke kantin soalnya kejauhan (pengalaman pas SMA). Selain itu lapangan diletakkan di tengah dan dikelilingi amphitheater. Letaknya ditaruh di tengah biar nggak ada kesan, ini lapangannya anak SMA nih takut ah make. Things like that.
Selain itu, biar nggak panas dan terkesan alami ada pohon-pohon yang mengaungi diantara undak-undakan amphitheater. Harapannya dengan letaknya yang ditengah, lapangan dan amphitheater ini bisa menjadi ruang publik buat anak SD, SMP, SMA. Jadi lapangan bisa dipake buat main-main dan siswa-siswa yang cewek (biasanya) bakal duduk-duduk di amphiteater itu sambil nggosip-nggosip ria, dan mungkin sambil ngeliatin cem-cemannya main bola. Muahahaha. Selain itu desain amphiteater yang berundak juga bisa dibuat ajang mainan anak SD, pas kecil kita selalu interest buat ke area yang berundak kan daripada datar. Lokasi 'ruang publik' ini juga deketan sama kantin yang konsepnya terbuka, jadi makan sambil ngeliatin orang-orang diamphiteater nggosip, terus anak olahraga di lapangan. Hidup banget lah area ini, di bayangan saya senggaknya. Dan saya baru nyadar pas nulis ini, orang-orang yang makan di kantin bisa aja kena bola yang nggak pas sasaran. Well evaluasi juga nih, dalam desain memang selalu ada yang plus dan minus. Nah hal-hal semacam ini bisa juga diatasi dengan desain yang lebih lanjut entah itu dikasih barrier semacam kawat jadi masih tetap tembus pandang tapi aman atau gimana, sayangnya this assignment is over guys. Jadi yaudah lah ya mhihihi.
Selain itu lapangan yang ketinggiannya lebih rendah dari tanah disekitarnya bakalan memicu kubangan pas musim hujan, jadi akhirnya (rencananya) dibuat saluran air di sekeliling lapangan yang nantinya bakal dibuang ke kolam disebelah barat lapangan yang tentu aja ketinggiannya lebih rendah lagi. Kolam ini juga berfungsi sebagai busem (kalau ga salah gini tulisannya). Jadi busem itu kolam lumayan besar, banyak di kampus saya, orang awam bilangnya danau rasa (saya dulu juga gitu), busem ini berfungsi buat sumber air kalau terjadi kebakaran, terutama kalau mobil pemadam kebakaran yang besar itu nggak bisa masuk ke kompleks yang dijangkau.
Terkait masalah iklim, saya pakai atap pelana bukan datar. Ketika dulu sebelum masuk sekolah arsitektur mikirnya, ntar mau bikin rumah yang ada skylightnya kayak orang bule dan punya atap datar, tapi arsitek yang pinter nggak akan mentah-mentah bikin gituan di Indonesia kecuali well terpaksa dan tuntutan klien banget. Karena saya belajar dengan adanya ruang dibawah atap, panas yang diterima atap masih bakal muter-muter dulu di ruang atap sebelum akhirnya sampai ke ruangan kita. Dan kalau misalnya kalian ke desa-desa ada lubang bentuknya L (biasanya) di rongga atap pelana rumah-rumah desa, rongga itu buat celah angin masuk supaya ruangan atap bisa lebih dingin, dan prinsip itu yang saya pake di desain sekolah ini. Jadi kontruksi atapnya saya pake gewel dari balok beton langsung gording, nggak pake kuda-kuda, terus 'pengisi'nya saya pake krepyak supaya angin bisa gampang masuk dan mendinginkan ruang atap. Selain itu semua jendela dikasih sosoran supaya nggak kena radiasi langsung. Pernah duduk di bis terus kena cahaya matari? rasanya silau, dan nggak enak banget kan, nah gitu itu jendela tanpa sosoran yang mewadahi.
I've been thinking much right. Perlu berhari-hari bahkan proses selama beberapa bulan buat nemuin semua aspek ini, dan tetap terlihat indah. Hahaha. terlepas kalau ada kekurangan harap maklum.
Ngomong-ngomong grafis hal-hal terkait iklim bisa zoom in poster dibawah ini.
Versi besar
|
Entrance Sekolah Alam |
|
Lapangan dan amphitheater. Bayangin duduk-duduk dibawah pohon sambil ada angin sepoi-sepoi. Wihii. Langsung kangen SMA |
|
Komplek kelas SMA SMP |
Semua ini dibuat pake software Google skethcup tanpa rendering. Kalau pake rendering dan ditambahi orang-orangan entar jadinya bisa jadi kayak di brosur-brosur perumahan. Kenapa ga pake rendering? karena ga punya softwarenya dan walaupun punya nggak cukup waktunya. Hehehe
Akhirnya selesai juga post yang panjang setelah dua bulan nggak posting. Cukup mengobati kan? Dan setelah kuliah arsitektur selama dua tahun baru ini sekalinya ngepost tugas perancangan. Maybe next time too. bye for now.